Minggu, 05 Mei 2013

Kearifan Budaya Lokal daerah Kepulauan Riau


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur ke hadirat Allah swt, yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua sehingga kita masih diberikan kesehatan dan kekuatan dalam menjalankan segala aktivitasnya.Solawat serta salam semoga tetap tercurah untuk Nabi Muhammad saw, untuk keluarganya, sahabat-sahabatnya, juga umatnya sampai akhir zaman. Amin.
Adapun maksud dan tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam kegiatan belajar mengajar di mata kuliah softskill di Universitas Gunadarma  Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi. Terselesaikannya makalah  ini, tentunya, tidak lepas dari bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Untuk itudalam kesempatan ini dan dengan segala kerendahan hati, saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada nama-nama sebagai berikut.
1.Allah S.W.T  yang telah melindungi dan menemani saya setiap saat.
2.Orangtua yang selalu mendoakan dan mensupport saya dari jauh .
3.Ibu Komsi Koranti, selaku dosen softskill yang telah memberi masukan saran tentang makalah ...saya.
4.Teman-teman dan semua pihak yang dengan penuh perhatian dan dorongan sehingga makalah ini dapat selesai dengan baik
5.Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu yang telah membantu dalam ...menyelesaikan makalah ini.
Demikianlah makalah ini , harapan kami sangat sederhana, yaitu semoga para pembaca makalah ini akan mendapatkan banyak informasi dan pengetahuan yang baru dari makalah ini.

                                                                                                                              Penulis,
                                                                        (Putri Zulva Oktaviana)


DAFTAR ISI

-        KATA PENGANTAR
-        DAFTAR ISI
-        BAB I PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang
1.2       Rumusan Masalah
1.3       Tujuan Penulisan
1.4       Metodologi Penulisan

-         BAB II LANDASAN TEORITIS

2.1 Pengenalan Provinsi Kepulauan Riau
2.2 Pulau Penyengat Aset Turun Temurun
2.3 Marwah Negeri Kepulauan Riau
2.4 Adat istiadat khas Perkawinan Kepulaun Riau

-         BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan

- DAFTAR PUSTAKA



BAB 1
PENDAHULUAN
1.1     LATAR BELAKANG
Riau daratan maupun Riau kepulauan, mempunyai adat istiadat turun temurun yang sangat khas dizaman dahulu hingga zaman modern sekarang. Berbagai tinggalan budaya masa lampau banyak ditemukan di wilayah provinsi ini. Suku Melayu dalam pengertian ini, berbeda dengan konsep Bangsa Melayu yang terdiri dari Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Singapura. Suku Melayu bermukim di sebagian besar Malaysia, pesisir timur Sumatera, sekeliling pesisir Kalimantan, Thailand Selatan, Mindanao, Myanmar Selatan, serta pulau-pulau kecil yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata. Di Indonesia, jumlah Suku Melayu sekitar 3,4% dari seluruh populasi, yang sebagian besar mendiami propinsi Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung,dan Kalimantan Barat.

1.2 PERUMUSAN MASALAH
Dari Latar Belakang  yang telah saya uraikan maka masalah yang akan di bahas dapat dirumuskan kedalam pertanyaan sebagai berikut :
•           Kearifan Kebudayaan Kepulauan Riau
•           Berbagai macam Adat Istiadat Kepulauan Riau
•           Spesifik tata cara perkawinan Kebudayaan Kepulauan Riau

1.3  TUJUAN PENULISAN
            Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
•           Agar mengetahui berbagai macam Kebudayaan Kepulauan Riau
•           Agar mengetahui jenis-jenis adat istiadat khas kebudayaan Kepulauan Riau
•           Untuk Memenuhi tugas Mata Kulias Ilmu Sosial Dasar (SoftSkill)


1.4 METODOLOGI PENULISAN
Metode penulisan yang digunakan dalam makalah ini, yaitu metode deskripsi analisi.Metode tersebut merupakan metode yang memberikan gambaran objektif serta membahasnya secara lengkap yang dilakukan dengan mengumpulkan data dari website.
  
BAB 2
LANDASAN TEORITIS

2.1 PENGENALAN BUDAYA KEPULAUAN RIAU
Tidak dapat disangkal bahwa budaya dan falsafah Melayu telah menjadi perekat yang sangat kuat bagi kerukunan dan keharmonisan berbagai etnis yang ada di Kepulauan Riau. Sejak lama wilayah Kepulauan Riau telah menjadi kampung bersama bagi hampir seluruh etnis yang ada di nusantara ini. Semua kaum yang ada di Kepulauan Riau ini dapat menerima keberagaman etnis, budaya, agama dan bahasa yang ada dengan sikap toleran yang sangat tinggi.
Memang sedikit ironis memandang budaya melayu. Disatu sisi kita melihat budaya Melayu yang kita miliki merupakan tradisi yang cukup tinggi. Sejajar dengan tradisi daerah lainnya di Indonesia seperti Jogjakarta, Solo, Deli dan lain sebagainya. Memanglah adanya demikian. Budaya yang hari ini kita yakini merupakan hasil karya nenek moyang kita orang Melayu masa Lalu. Kita menganggap apa yang telah diwariskan kepada kita merupakan kearifan lokal yang perlu dilestarikan.

2.2 PULAU PENYENGAT ASET KEBUDAYAAN KEPULAUAN RIAU
Pulau Penyengat merupakan anugerah terbesar yang dimiliki Kepulauan Riau dan Riau terutama Tanjungpinang. Penyengat adalah sebuah prasasti akan kebesaran Melayu masa lalu. Kerajaan Melayu Riau telah memberi warna pada perjalanan bangsa ini. Akan tetapi setelah diolah secara sepihak oleh Belanda pada tahun 1913, kerajaan tersebut seolah-olah hilang ditelan zaman.
Kata “seolah-olah” dipakai untuk tidak secara langsung mengatakan bahwa kerajaan itu masih ada. Meskipun secara fisik tidak lagi eksis, akan tetapi itetap bertahta di hati orang Melayu. Perwujudan itu masih dirasakan dengan melihat kecintaan masyarakat Melayu pada tradisinya.
Namun kita melupakan satu kearifan yang melingkupi seuruh kearifan yang kita miiki yakni Istana sebagai pemangku adat dan budaya.
Tidak dipungkiri bahwa segala bentuk budaya Melayu yang kita pegang teguh saat ini merupakan warisan Kerajaan Melayu masa lalu. Berbagai adat-istiadat yang merecup ke segenap sendi kehidupan orang Melayu saat ini adalah produk nenek moyang yang begitu indahnya menterjemahkan segala aspek kehidupan. Sungguh sangat tidak baik  jika kita yang hidup di tanah warisan mereka melupakan lembaga-lembaga seperti Istana, kedatuan, penghulu dan batin.
Memang benar kerajaan Melayu Riau sekarang ini tidak ada lagi. Tetapi sebagai sebuah kearifan lokal, semuanya  perlu dikembalikan. Jika terlambat maka suatu hari nanti besar kemungkinan budaya Meayu akan bergerak tanpa ada yang mampu mengendalikannya, selanjutnya hilang ditelan zaman.
Saat ini saja sudah mulai tampak. Misalnya dalam mengatur adat perkawinan, berbusana, bentuk bangunan, tata krama, upacara adat. Tidak dapat dipungkiri bahwa kita merindukan keberadaan istana dalam kehidupan budaya Melayu di Kepulauan Riau. Banyak pola laku yang kita tunjukkan bahwa kita menginginkan hal itu. Banyak diantara kita yang bangga mendapat anugrah gelar dari kerajaan Melayu.
Kepulauan Riau memiliki peninggalan budaya yang tiada ternilai, baik itu yang bergerak maupun yang tidak bergerak. Pengalaman selama ini memberi pelajaran penting apabila telah menyentuh hak-hak masyarakat. Hak-hak anak cucu para petinggi negeri. Kejayaan Melayu masa lalu perlu dibangkitkan dalam pengembangan budaya Melayu ke depan. Ada banyak manfaat jika kita dapat mengembalikan peran istana Melayu di Kepulauan Riau, antara lain:
1. Memudahkan koordinasi dalam pengembangan budaya di Kepulauan Riau.
2. Kebudayaan Melayu akan memiliki marwah dengan adanya pemangku adat yang memiiki legitimasi
3. Memberi Nilai tambah dalam kepariwisataan, terutama di Pulau Penyengat.

2.3 MARWAH BUDAYA KEPULAUAN RIAU
Motto Daerah adalah BERPANCANG AMANAH BERSAUH MARWAH;
I. BERPANCANG AMANAH bermakna menunjukkan sifat teguh untuk mempertahankan adat bersendikan syara’, syara’ bersendikan kitabullah guna mencapai akhlak mulia
II. BERSAUH MARWAH bermakna menjaga adat dan budaya guna menata masa depan yang lebih baik menuju cita-cita luhur untuk mencerdaskan dan mensejahterakan masyarakat Kepulauan Riau
Saat inipun masyarakat berusaha membentuk berbagai lembaga yang diharap mampu memberi marwah Melayu, tidak ada lagi alasan untuk tidak mengembalikan marwah Melayu dengan mengangkat kembali peran Istana peninggalan kerajaan dalam melindungi budaya Melayu.

2.4 ADAT ISTIADAT PERKAWINAN KEPULAUAN RIAU
Pernikahan Adat Melayu Kepulauan riau dimana masing-masing memiliki tradisi pernikahan tersendiri. Saya akan mengulas budaya dan tata cara adat pernikahan menurut tradisi Melayu Sumatera Timur. Terdapat beberapa rangkaian acara yang dimulai dari tahap pertahap ,jadi tata cara ini tetap ada disetiap pernikahan adat melayu dikarenakan caranya yang khas dan saklar, walaupun sudah banyak tata cara pernikahan yang modern, tetapi masih ada yang melakukannya yang dianggap sudah menjadi kewajiban didalam turun temurun adat keluarga khususnya keluarga Kerajaan ataupun keluarga asli melayu yang sangat menjunjung adat istiadat melayu yang dijadikan kearifan budaya lokal.
Adapun tata caranya adalah :
1.Mencari jodoh
2.Merisik
3.Meminang
4. Mengantar belanja
5. Mengajak dan menjemput
6. Menggantung-gantung
7. Upacara Berandam
8. Malam Berinai
9. Berkhatam Qur’an
10. Akad nikah
11. Tepuk tepung tawar
12. Bersanding
13. Makan berhadap
14. Menyembah Mertua
15. Mandi-mandi
16. Berambih


Mencari jodoh
Sudahlah sebagaimana lazimnya orang Melayu Kepulauan Riau, bahwa untuk mendirikan rumah tangga dikehendaki daripadanya beberapa persyaratan, yaitu :
1. Sesama beragama Islam
2. Sudah cukup dewasa
3. Sehat badan dan juga jiwanya
4. Untuk seorang lelaki (bujang) telah mampu mencari nafkah
5. Kematangan pemikiran dan bertanggung jawab
6. Memandang perkawinan sebagai sesuatu yang suci, religius, sakral.

Merisik
Salah satu keluarga atau seseorang diutus oleh pihak calon pengantin pria untuk meneliti atau mencari informasi mengenai salah satu keluarga keluarga lain yang mempunyai anak gadis. Tugas yang diamatkan adalah untuk mengetahui apakah anak gadis tersebut dapat dilamar, atau belum mempunyai ikatan dengan orag lain. Selain itu, utusan akan melakukan pembicaraan tentang kemungkinan pihak pria untuk melamar. Utusan tersebut tentunya menanyakan berapa mas kawin/mahar dan persyaratan apa saja yang diminta oleh keluarga wanita.

Meminang
Meminang dalam istilah Melayu sama dengan melamar. Acara ini diselenggarakan pada hari yang telah disepakati bersama, setelah melalui penentuan hari baik menurut perhitungan adat serta orangtua. Pihak keluarga calon pengantin pria yang dipimpin oleh keluarga terdekat akan melaksanakan lamaran secara resmi kepada keluarga calon pengantin wanita. Biasanya acara meminang ini diungkapkan dengan berbalas pantun. Secara tradisi, pihak keluarga pria membawa sejumlah tepak sirih-paling sedikit 5 buah; terdiri dari tepak pembuka kata, tepak merisik, tepak meminang, tepak ikat janji, tepak bertukar tanda dan beberapa tepak pengiring.

Malam berinai
Tujuan upacara ini dimaksudkan untuk menolak bala dan melindungi pasangan pengantin dari marabahaya, termasuk bahaya yang kasat mata, menaikkan aura dan cahaya pengantin wanita dan memunculkan wibawa pengantin pria.
Berinai yang dimaksud adalah memasang/memoleskan daun inai (daun pacar) yang sudah digiling halus, terutama pada kuku jari tangan dan telapak tangan jari kaki dan telapaknya samapi ke tumit.

Upacara Berandam
Upacara ini lazim dilakukan setelah malam berinai yaitu keesokan harinya. Tujuannya untuk menghapuskan/membersihkan sang calon pengantin dari ‘kotoran’ dunia sehingga hatinya menjadi putih dan suci.
Berandam pada hakikatnya adalah melakukan pencukuran bulu roma pada wajah dan tengkuk calon pengantin wanita sekaligus juga membersihkan mukanya.

Akad Nikah

Biasanya upacara akad nikah ini dilakukan pada malam hari yang mengambil tempat di kediaman calon pengantin wanita.
Sebelum berangkat ke rumah mempelai wanita, pengantin pria terlebih dahulu ditepung tawari(diberi bedak dingin yang dibuat secara tradisional) sebagai lambing hati yang sejuk, oleh keluarga dekat dan kerabat yang dituai atau dihormati, kemudian meminta doa restu drai orangtua agar akad nikahnya dapat berjalan lancar.
Tepuk Tepung Tawar
Ritual adat ini merupakan ungkapan rasa syukur dan pemberian doa harapan kepada kedua mempelai, yang dilakukan oleh para sesepuh keluarga dan tokoh adat. Dengan cara menepukan daun-daunan (antara lain daun setawar, sedingin, ganda rusa, sirih, hati-hati, sijuang, dan setetusnya) yang diikat jadi satu dan telah dicelup ke air harum serta beras kunyit sangrai, lalu ditepukan kepada kedua mempelai. Kelengkapan pnabur ini biasanya menggunakan bahan seperti beras basuh, beras putih, beras kunyit, ataupun beras kuning serta bunga rampai. Kesemua bahan ini digunakan tentunya mengandung makna mulia. Sesuai tradisi, sesepuh seusai nmelakukan tepuk tepung tawar akan mendapatkan bingkisan berupa ‘bunga telur’ yakni berupa bunga yang dibuat dari kertas diikatkan pada sebatang lidi yang telah disertai telur diikat benang merah, sebagai ungkapan terimakasih dari pihak pengantin. Namun sesuai perkembangan zaman, ungkapan terimakasih atau souvenir tersebut kini diubah bentuk maupun jenisnya, disesuaikan dengan kemajuan zaman maupun kondisi kelurga mempelai.

Bersanding
Upacara ini dilaksanakan setelah resmi akad nikah. Prosesi bersanding merupakan acara resmi bagi kedua pengantin akan duduk di atas pelaminan yang sudah dipersiapkan. Terlebih dahulu pengantin wanita didudukan di atas pelaminan, dan menunggu kedatangan pengantin pria. Kehadiran pengantin pria diarak dengan upacara penyambutan dan berbalas pantun.
Rangkaian prosesi bersanding yakni acara penyambutan pengantin pria, Hampang Pintu, Hampang Kipas, dan Tepung Tawar. Kehadiran pengantin pria beserta rombongan pengiring dalam jumlah cukup banyak, terdiri dari :
- Barisan Pulut Kuning beserta hulubalang pemegang tombak kuning.
- Wanita (Ibu) pembawa Tepak Sirih.
- Wanita (Ibu) pembawa beras kuning (Penabur).
- Pengantin pria berpakaian lengkap
- Dua orang pendamping mempelai pria, mengenakan pakaian adat Teluk Belanga.
- Pemegang payung kuning.
- Orang tua mempelai pria.
- Saudara-saudara kandung pengantin pria.
- Kerabat atau sanak famili

Makan Nasi Hadap-Hadapan

Upacara ini dilakukan di depan pelaminan. Hidangan yang disajikan untuk upacara ini dibuat dalam kemasan seindah mungkin. Yang boleh menyantap hidangan ini selain kedua mempelai adalah keluarga terdekat dan orang-orang yang dihormati.
Dalam upacara ini juga biasanya lazim diadakan upacara pembasuhan tangan pengantin laki-laki oleh pengantin wanita sebagai ungkapan pengabdian seorang istri terhadap suaminya.
Menyembah Mertua

Upacara ini dilakukan apabila di siang harinya kedua mempelai telah disandingkan di pelaminan, maka pada malam harinya dilanjutkan dengan acara menyembah pada mertua.
Pengantin laki-laki dan wanita dengan diiringi oleh rombongan kerabat pengantin wanita berkunjung ke rumah orangtua pengantin laki-laki denagn membawa beraneka hidangan tertentu.

BAB 3
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Jadi, kearifan budaya lokal dari suatu budaya yang saya ambil yaitu Kepulauan Riau memiliki banyak budaya khas turun temurun yang sampai saat ini yaitu dizaman modern ini, masih menjungjug tinggi kebudayaan yang ditinggalkan dari nenek moyang ,kerajaan, pemangku adat ataupun dari silsilah keluarga. Ke khas-an dari adat istiadat di Kepulauan Riau sangat membuat citra budaya Indonesia semakin beragam dengan tata cara khusunya perkawinan yang masih sangat merekat di masyarakat melayu Kepulauan Riau. Maka dari itu marilah bersama-sama kita tetap melestarikan adat istiadat kearifan budaya local di daerah kita agar tidak termakan zaman dan dapat diturunkan kepada orang-orang sesudah kita.


DAFTAR PUSTAKA

*Syafaruddin, Kepala Bidang Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain dan Ilmu Pengetahuan pada Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kota Tanjungpinang


Tidak ada komentar:

Posting Komentar