KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah puji
syukur ke hadirat Allah swt, yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya
kepada kita semua sehingga kita masih diberikan kesehatan dan kekuatan dalam
menjalankan segala aktivitasnya.Solawat serta salam semoga tetap tercurah untuk
Nabi Muhammad saw, untuk keluarganya, sahabat-sahabatnya, juga umatnya sampai
akhir zaman. Amin.
Adapun maksud dan
tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam
kegiatan belajar mengajar di mata kuliah softskill di Universitas
Gunadarma Fakultas Ilmu Komputer dan
Teknologi Informasi. Terselesaikannya makalah
ini, tentunya, tidak lepas dari bantuan serta bimbingan dari berbagai
pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Untuk itudalam kesempatan ini dan
dengan segala kerendahan hati, saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada nama-nama sebagai berikut.
1.Allah S.W.T yang telah melindungi dan menemani saya
setiap saat.
2.Orangtua yang selalu
mendoakan dan mensupport saya dari jauh .
3.Ibu Komsi Koranti,
selaku dosen softskill yang telah memberi masukan saran tentang makalah ...saya.
4.Teman-teman dan semua
pihak yang dengan penuh perhatian dan dorongan sehingga makalah …ini dapat selesai dengan
baik
5.Semua pihak yang
tidak dapat saya sebutkan satu-persatu yang telah membantu dalam ...menyelesaikan makalah
ini.
Demikianlah makalah ini
, harapan kami sangat sederhana, yaitu semoga para pembaca makalah ini akan
mendapatkan banyak informasi dan pengetahuan yang baru dari makalah ini.
Penulis,
(Putri
Zulva Oktaviana)
DAFTAR
ISI
- KATA PENGANTAR
- DAFTAR ISI
- BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Metodologi Penulisan
- BAB II LANDASAN TEORITIS
2.1 Pengenalan Provinsi
Kepulauan Riau
2.2 Pulau Penyengat
Aset Turun Temurun
2.3 Marwah Negeri
Kepulauan Riau
2.4 Adat istiadat khas
Perkawinan Kepulaun Riau
- BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
- DAFTAR PUSTAKA
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Riau daratan maupun
Riau kepulauan, mempunyai adat istiadat turun temurun yang sangat khas dizaman
dahulu hingga zaman modern sekarang. Berbagai tinggalan budaya masa lampau
banyak ditemukan di wilayah provinsi ini. Suku Melayu dalam pengertian ini,
berbeda dengan konsep Bangsa Melayu yang terdiri dari Indonesia, Malaysia,
Brunei Darussalam, dan Singapura. Suku Melayu bermukim di sebagian besar
Malaysia, pesisir timur Sumatera, sekeliling pesisir Kalimantan, Thailand
Selatan, Mindanao, Myanmar Selatan, serta pulau-pulau kecil yang terbentang
sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata. Di Indonesia, jumlah Suku Melayu
sekitar 3,4% dari seluruh populasi, yang sebagian besar mendiami propinsi
Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka
Belitung,dan Kalimantan Barat.
1.2
PERUMUSAN MASALAH
Dari Latar
Belakang yang telah saya uraikan maka
masalah yang akan di bahas dapat dirumuskan kedalam pertanyaan sebagai berikut
:
• Kearifan Kebudayaan Kepulauan Riau
• Berbagai macam Adat Istiadat
Kepulauan Riau
• Spesifik tata cara perkawinan
Kebudayaan Kepulauan Riau
1.3 TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
• Agar mengetahui berbagai macam Kebudayaan
Kepulauan Riau
• Agar mengetahui jenis-jenis adat
istiadat khas kebudayaan Kepulauan Riau
• Untuk Memenuhi tugas Mata Kulias Ilmu
Sosial Dasar (SoftSkill)
1.4
METODOLOGI PENULISAN
Metode penulisan yang
digunakan dalam makalah ini, yaitu metode deskripsi analisi.Metode tersebut
merupakan metode yang memberikan gambaran objektif serta membahasnya secara
lengkap yang dilakukan dengan mengumpulkan data dari website.
BAB
2
LANDASAN
TEORITIS
2.1
PENGENALAN BUDAYA KEPULAUAN RIAU
Tidak dapat disangkal
bahwa budaya dan falsafah Melayu telah menjadi perekat yang sangat kuat bagi
kerukunan dan keharmonisan berbagai etnis yang ada di Kepulauan Riau. Sejak
lama wilayah Kepulauan Riau telah menjadi kampung bersama bagi hampir seluruh etnis
yang ada di nusantara ini. Semua kaum yang ada di Kepulauan Riau ini dapat
menerima keberagaman etnis, budaya, agama dan bahasa yang ada dengan sikap
toleran yang sangat tinggi.
Memang sedikit ironis
memandang budaya melayu. Disatu sisi kita melihat budaya Melayu yang kita
miliki merupakan tradisi yang cukup tinggi. Sejajar dengan tradisi daerah
lainnya di Indonesia seperti Jogjakarta, Solo, Deli dan lain sebagainya.
Memanglah adanya demikian. Budaya yang hari ini kita yakini merupakan hasil
karya nenek moyang kita orang Melayu masa Lalu. Kita menganggap apa yang telah
diwariskan kepada kita merupakan kearifan lokal yang perlu dilestarikan.
2.2
PULAU PENYENGAT ASET KEBUDAYAAN KEPULAUAN RIAU
Pulau Penyengat
merupakan anugerah terbesar yang dimiliki Kepulauan Riau dan Riau terutama
Tanjungpinang. Penyengat adalah sebuah prasasti akan kebesaran Melayu masa
lalu. Kerajaan Melayu Riau telah memberi warna pada perjalanan bangsa ini. Akan
tetapi setelah diolah secara sepihak oleh Belanda pada tahun 1913, kerajaan
tersebut seolah-olah hilang ditelan zaman.
Kata “seolah-olah”
dipakai untuk tidak secara langsung mengatakan bahwa kerajaan itu masih ada.
Meskipun secara fisik tidak lagi eksis, akan tetapi itetap bertahta di hati
orang Melayu. Perwujudan itu masih dirasakan dengan melihat kecintaan
masyarakat Melayu pada tradisinya.
Namun kita melupakan
satu kearifan yang melingkupi seuruh kearifan yang kita miiki yakni Istana
sebagai pemangku adat dan budaya.
Tidak dipungkiri bahwa
segala bentuk budaya Melayu yang kita pegang teguh saat ini merupakan warisan
Kerajaan Melayu masa lalu. Berbagai adat-istiadat yang merecup ke segenap sendi
kehidupan orang Melayu saat ini adalah produk nenek moyang yang begitu indahnya
menterjemahkan segala aspek kehidupan. Sungguh sangat tidak baik jika kita yang hidup di tanah warisan mereka
melupakan lembaga-lembaga seperti Istana, kedatuan, penghulu dan batin.
Memang benar kerajaan
Melayu Riau sekarang ini tidak ada lagi. Tetapi sebagai sebuah kearifan lokal,
semuanya perlu dikembalikan. Jika
terlambat maka suatu hari nanti besar kemungkinan budaya Meayu akan bergerak
tanpa ada yang mampu mengendalikannya, selanjutnya hilang ditelan zaman.
Saat ini saja sudah
mulai tampak. Misalnya dalam mengatur adat perkawinan, berbusana, bentuk
bangunan, tata krama, upacara adat. Tidak dapat dipungkiri bahwa kita
merindukan keberadaan istana dalam kehidupan budaya Melayu di Kepulauan Riau.
Banyak pola laku yang kita tunjukkan bahwa kita menginginkan hal itu. Banyak
diantara kita yang bangga mendapat anugrah gelar dari kerajaan Melayu.
Kepulauan Riau memiliki
peninggalan budaya yang tiada ternilai, baik itu yang bergerak maupun yang
tidak bergerak. Pengalaman selama ini memberi pelajaran penting apabila telah
menyentuh hak-hak masyarakat. Hak-hak anak cucu para petinggi negeri. Kejayaan
Melayu masa lalu perlu dibangkitkan dalam pengembangan budaya Melayu ke depan.
Ada banyak manfaat jika kita dapat mengembalikan peran istana Melayu di
Kepulauan Riau, antara lain:
1. Memudahkan
koordinasi dalam pengembangan budaya di Kepulauan Riau.
2. Kebudayaan Melayu akan memiliki marwah dengan adanya pemangku adat yang
memiiki legitimasi
3. Memberi Nilai tambah dalam kepariwisataan, terutama di Pulau Penyengat.
2.3
MARWAH BUDAYA KEPULAUAN RIAU
Motto Daerah adalah
BERPANCANG AMANAH BERSAUH MARWAH;
I. BERPANCANG AMANAH
bermakna menunjukkan sifat teguh untuk mempertahankan adat bersendikan syara’,
syara’ bersendikan kitabullah guna mencapai akhlak mulia
II. BERSAUH MARWAH
bermakna menjaga adat dan budaya guna menata masa depan yang lebih baik menuju
cita-cita luhur untuk mencerdaskan dan mensejahterakan masyarakat Kepulauan
Riau
Saat inipun masyarakat
berusaha membentuk berbagai lembaga yang diharap mampu memberi marwah Melayu,
tidak ada lagi alasan untuk tidak mengembalikan marwah Melayu dengan mengangkat
kembali peran Istana peninggalan kerajaan dalam melindungi budaya Melayu.
2.4
ADAT ISTIADAT PERKAWINAN KEPULAUAN RIAU
Pernikahan Adat Melayu
Kepulauan riau dimana masing-masing memiliki tradisi pernikahan tersendiri.
Saya akan mengulas budaya dan tata cara adat pernikahan menurut tradisi Melayu
Sumatera Timur. Terdapat beberapa rangkaian acara yang dimulai dari tahap
pertahap ,jadi tata cara ini tetap ada disetiap pernikahan adat melayu
dikarenakan caranya yang khas dan saklar, walaupun sudah banyak tata cara
pernikahan yang modern, tetapi masih ada yang melakukannya yang dianggap sudah
menjadi kewajiban didalam turun temurun adat keluarga khususnya keluarga Kerajaan
ataupun keluarga asli melayu yang sangat menjunjung adat istiadat melayu yang
dijadikan kearifan budaya lokal.
Adapun tata caranya
adalah :
1.Mencari jodoh
2.Merisik
3.Meminang
4. Mengantar belanja
5. Mengajak dan
menjemput
6. Menggantung-gantung
7. Upacara Berandam
8. Malam Berinai
9. Berkhatam Qur’an
10. Akad nikah
11. Tepuk tepung tawar
12. Bersanding
13. Makan berhadap
14. Menyembah Mertua
15. Mandi-mandi
16. Berambih
Mencari
jodoh
Sudahlah sebagaimana lazimnya orang Melayu Kepulauan
Riau, bahwa untuk mendirikan rumah tangga dikehendaki daripadanya beberapa
persyaratan, yaitu :
1. Sesama beragama Islam
2. Sudah cukup dewasa
3. Sehat badan dan juga jiwanya
4. Untuk seorang lelaki (bujang) telah mampu mencari nafkah
5. Kematangan pemikiran dan bertanggung jawab
6. Memandang perkawinan sebagai sesuatu yang suci, religius, sakral.
Merisik
Salah satu keluarga
atau seseorang diutus oleh pihak calon pengantin pria untuk meneliti atau
mencari informasi mengenai salah satu keluarga keluarga lain yang mempunyai
anak gadis. Tugas yang diamatkan adalah untuk mengetahui apakah anak gadis
tersebut dapat dilamar, atau belum mempunyai ikatan dengan orag lain. Selain
itu, utusan akan melakukan pembicaraan tentang kemungkinan pihak pria untuk
melamar. Utusan tersebut tentunya menanyakan berapa mas kawin/mahar dan
persyaratan apa saja yang diminta oleh keluarga wanita.
Meminang
Meminang dalam istilah
Melayu sama dengan melamar. Acara ini diselenggarakan pada hari yang telah
disepakati bersama, setelah melalui penentuan hari baik menurut perhitungan
adat serta orangtua. Pihak keluarga calon pengantin pria yang dipimpin oleh
keluarga terdekat akan melaksanakan lamaran secara resmi kepada keluarga calon
pengantin wanita. Biasanya acara meminang ini diungkapkan dengan berbalas
pantun. Secara tradisi, pihak keluarga pria membawa sejumlah tepak sirih-paling
sedikit 5 buah; terdiri dari tepak pembuka kata, tepak merisik, tepak meminang,
tepak ikat janji, tepak bertukar tanda dan beberapa tepak pengiring.
Malam
berinai
Tujuan upacara ini dimaksudkan untuk menolak bala dan melindungi pasangan
pengantin dari marabahaya, termasuk bahaya yang kasat mata, menaikkan aura dan
cahaya pengantin wanita dan memunculkan wibawa pengantin pria.
Berinai yang dimaksud adalah memasang/memoleskan daun inai (daun pacar) yang
sudah digiling halus, terutama pada kuku jari tangan dan telapak tangan jari
kaki dan telapaknya samapi ke tumit.
Upacara
Berandam
Upacara ini lazim
dilakukan setelah malam berinai yaitu keesokan harinya. Tujuannya untuk
menghapuskan/membersihkan sang calon pengantin dari ‘kotoran’ dunia sehingga
hatinya menjadi putih dan suci.
Berandam pada
hakikatnya adalah melakukan pencukuran bulu roma pada wajah dan tengkuk calon
pengantin wanita sekaligus juga membersihkan mukanya.
Akad
Nikah
Biasanya upacara akad nikah ini dilakukan pada malam hari yang mengambil tempat
di kediaman calon pengantin wanita.
Sebelum berangkat ke rumah mempelai wanita, pengantin pria terlebih dahulu
ditepung tawari(diberi bedak dingin yang dibuat secara tradisional) sebagai
lambing hati yang sejuk, oleh keluarga dekat dan kerabat yang dituai atau
dihormati, kemudian meminta doa restu drai orangtua agar akad nikahnya dapat
berjalan lancar.
Tepuk Tepung Tawar
Ritual adat ini
merupakan ungkapan rasa syukur dan pemberian doa harapan kepada kedua mempelai,
yang dilakukan oleh para sesepuh keluarga dan tokoh adat. Dengan cara menepukan
daun-daunan (antara lain daun setawar, sedingin, ganda rusa, sirih, hati-hati,
sijuang, dan setetusnya) yang diikat jadi satu dan telah dicelup ke air harum
serta beras kunyit sangrai, lalu ditepukan kepada kedua mempelai. Kelengkapan
pnabur ini biasanya menggunakan bahan seperti beras basuh, beras putih, beras
kunyit, ataupun beras kuning serta bunga rampai. Kesemua bahan ini digunakan
tentunya mengandung makna mulia. Sesuai tradisi, sesepuh seusai nmelakukan
tepuk tepung tawar akan mendapatkan bingkisan berupa ‘bunga telur’ yakni berupa
bunga yang dibuat dari kertas diikatkan pada sebatang lidi yang telah disertai
telur diikat benang merah, sebagai ungkapan terimakasih dari pihak pengantin.
Namun sesuai perkembangan zaman, ungkapan terimakasih atau souvenir tersebut
kini diubah bentuk maupun jenisnya, disesuaikan dengan kemajuan zaman maupun
kondisi kelurga mempelai.
Bersanding
Upacara ini
dilaksanakan setelah resmi akad nikah. Prosesi bersanding merupakan acara resmi
bagi kedua pengantin akan duduk di atas pelaminan yang sudah dipersiapkan.
Terlebih dahulu pengantin wanita didudukan di atas pelaminan, dan menunggu
kedatangan pengantin pria. Kehadiran pengantin pria diarak dengan upacara
penyambutan dan berbalas pantun.
Rangkaian prosesi
bersanding yakni acara penyambutan pengantin pria, Hampang Pintu, Hampang
Kipas, dan Tepung Tawar. Kehadiran pengantin pria beserta rombongan pengiring
dalam jumlah cukup banyak, terdiri dari :
- Barisan Pulut Kuning beserta hulubalang pemegang
tombak kuning.
- Wanita (Ibu) pembawa Tepak Sirih.
- Wanita (Ibu) pembawa beras kuning (Penabur).
- Pengantin pria berpakaian lengkap
- Dua orang pendamping mempelai pria, mengenakan
pakaian adat Teluk Belanga.
- Pemegang payung kuning.
- Orang tua mempelai pria.
- Saudara-saudara kandung pengantin pria.
- Kerabat atau sanak famili
Makan
Nasi Hadap-Hadapan
Upacara ini dilakukan di depan pelaminan. Hidangan yang disajikan untuk upacara
ini dibuat dalam kemasan seindah mungkin. Yang boleh menyantap hidangan ini
selain kedua mempelai adalah keluarga terdekat dan orang-orang yang dihormati.
Dalam upacara ini juga biasanya lazim diadakan upacara pembasuhan tangan
pengantin laki-laki oleh pengantin wanita sebagai ungkapan pengabdian seorang
istri terhadap suaminya.
Menyembah
Mertua
Upacara ini dilakukan apabila di siang harinya kedua mempelai telah
disandingkan di pelaminan, maka pada malam harinya dilanjutkan dengan acara
menyembah pada mertua.
Pengantin laki-laki dan wanita dengan diiringi oleh rombongan kerabat pengantin
wanita berkunjung ke rumah orangtua pengantin laki-laki denagn membawa beraneka
hidangan tertentu.
BAB
3
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Jadi, kearifan budaya
lokal dari suatu budaya yang saya ambil yaitu Kepulauan Riau memiliki banyak
budaya khas turun temurun yang sampai saat ini yaitu dizaman modern ini, masih
menjungjug tinggi kebudayaan yang ditinggalkan dari nenek moyang ,kerajaan, pemangku
adat ataupun dari silsilah keluarga. Ke khas-an dari adat istiadat di Kepulauan
Riau sangat membuat citra budaya Indonesia semakin beragam dengan tata cara
khusunya perkawinan yang masih sangat merekat di masyarakat melayu Kepulauan
Riau. Maka dari itu marilah bersama-sama kita tetap melestarikan adat istiadat
kearifan budaya local di daerah kita agar tidak termakan zaman dan dapat
diturunkan kepada orang-orang sesudah kita.
DAFTAR
PUSTAKA
*Syafaruddin, Kepala Bidang Ekonomi Kreatif Berbasis
Media, Desain dan Ilmu Pengetahuan pada Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Kota Tanjungpinang